Rabu, 16 Maret 2011

Narsisme, Tabu atau Perlu?


“Siapa dulu dong? Saya!!!”

“Dasar narsis!”


Pernah ‘kan denger kata narsis? Bagi yang belum, selamat karena udah nambah perbendaharaan kata baru. Bagi yang udah, emang narsis apaan? PeDe atau Percaya Diri? Hmm, ada miripnya. Tapi narsis nggak sekedar PeDe. Atau PDOD? Percaya Diri Over Dosis!!

Narsis berasal dari kata Narcissuss. Narcissuss dikenal sebagai seorang pangeran yang sangat mencintai dirinya sendiri karena ketampanan yang dimiliki. Yah, minimal menurut dia sendiri lah! Setiap hari kerjaannya berlama-lama melihat ke cermin untuk mengagumi ketampanan dirinya. Ngerasa sama seperti Narcissuss? Ngaca dong!

Jadi narsis itu apa? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, narsis adalah tumbuhan berbunga putih, krem, atau kuning terdapat di daerah subtropis. Lho? Apa hubungannya? Emang nggak ada. Yang dimaksud narsis di sini bukan bunga narsis yang itu (ternyata ada ya?) tetapi narsisme. Nah, narsisme adalah hal (keadaan) mencintai diri sendiri secara berlebihan. Mau tahu apa kelebihannya? Narsisme bisa sampai tingkat dimana seseorang punya keinginan seksual dengan diri sendiri! Ih, sampai segitunya!

Menurut kamu, narsis itu boleh nggak sih? Halal nggak? Halal nggak? (sambil ngangkat kedua bahu bersamaan)

Ada yang bilang kalo orang narsis itu sombong. Eit, jangan salah. Yang disebut sombong itu kalo seseorang melakukan minimal satu diantara dua hal : Satu, menganggap remeh atau rendah orang lain. Dua, tidak mau menerima kebenaran dari orang lain atau nggak mau ngaku kalo salah. Itu baru namanya orang sombong. Jadi, narsis belum tentu sombong.

Gimana para narsiswan dan narsiswati? Boleh nggak nih narsis? Mencintai diri sendiri itu perlu nggak? Perlu banget ‘kan? Bahaya kalau seseorang nggak mencintai dirinya sendiri. Ada kebakaran, tetep tenang karena nggak ngerasa sayang ama nyawa sendiri. Sholat ogah-ogahan, biar besok nggak masuk surga! (Wuaduh!) Jadi ngeri banget ya kalo nggak mencintai diri sendiri? Jadi narsis itu boleh?

Tapi...

Narsis itu suka menceritakan kebaikannya sendiri. Nah ini masalahnya! Hati-hati, bisa riya’ tuh! Tahu ‘kan riya? Yap. Riya’ adalah melakukan amal agar dipuji orang lain atau mendapat penghormatan. Orang yang beramal karena selain beribadah dan mendapat pahala akan dimurkai Allah. Gimana kalau ingin dua-duanya? Dapet pahala dan juga dipuji orang?

Menurut Imam Ghozali dalam buku “Mensucikan Jiwa” yang disusun dan diseleksi ulang oleh Sa’id Hawwa, jika seseorang menjadi lebih rajin beribadah karena pujian orang, meskipun orang itu tetap menjalankan ibadah kalau tidak ada orang lain, hal tersebut tidak membatalkan dasar pahala tetapi menguranginya. Atau dia bakal disiksa sesuai dengan kadar riya’ yang ada dan diganjar sesuai dengan kadar keikhlasannya. Na’udzubillahi min dzalik!

Jadi, udah jelas kan? Orang yang narsis itu buntut-buntutnya bisa riya’. Bahkan dari kepala aja jangan-jangan udah riya’!

Nah, kalau PeDe sih tentu aja perlu. Bukan PeDe karena kaya, cakep, atau beken. Tetapi percaya diri sebagai seorang Muslim dan berani menunjukkan keIslamannya. Saksikan bahwa aku seorang Muslim, tegas Salim. So? Narsis tabu, PeDe PERLU !!